Peristiwa yang terjadi ribuan abad yang lalu, saat Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Mendapat ujian kesabaran dari Allah Subhanahu wa Ta'ala sangat tinggi nilainya dan mengandung hikmah yang dalam, sehingga pada setiap bulan Dzulhijjah diperintahkan kepada kita yang mampu untuk berqurban. Lebih dari itu, peristiwa itu merupakan suatu menifestasi atas pernyataan sikap kekuatan iman dan keteguhan mental dari dua hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ibrahim dan Ismail. Seorang ayah rela dengan ikhlas menyembalih anak kandung sendiri dan sang anak pun dengan ikhlash menyediakan batang lehernya untuk disembelih oleh ayah kandungnya sendiri, semata-mata hanya untuk menegakkan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Inilah kuci sukses keluarga Nabi Ibrahim.
Demikian pula dengan hari ini, tidak akan mungkin Allah memberikan perintah kepada kita untuk meneyembelih anak kandung sendiri, Karena ujian itu akan dilihat seberapa kadar keimanan kita, Sekarang kita diperintahkan oleh Allah “Anakmu perintahkan untuk mengaji, kirim ke pesantren” Ini kan sebenarnya sudah perintah mengorbankan anak, Terkadang Ibrahim (bapak)nya mantep “anak saya besok harus mondok”, tetapi kalau Siti Hajar (ibu)nya tidak mendukung, Maka tidak akan jadi. Begitu pula ismail (anak)nya, Berhubung anak kita ini bukan sosok Nabi Ismail, Maka tidak ada istilah “maa dza taro” apa pendapatmu? Hari ini tidak ada. Orang tua harus tegas “Bapak ibu sudah sepakat, kamu besok berangkat mondok !!” Berangkat, Ismail (anak) taat. Inilah kunci kesuksesan dalam berumahtangga, semua kompak ikhlas niatan lillahi ta'ala.
Sumber : https://web.facebook.com/GYchannel/