Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab dikenal sistem kalender berbasis campuran antara Bulan (Qomariyah) maupun Matahari (Syamsiyah). Peredaran bulan digunakan, dan untuk mensinkronkan dengan musim dilakukan penambahan jumlah hari (interkalasi). Mereka sepakat tanggal 1 ditandai dengan kehadiran hilal. Mereka juga menetapkan nama bulan sebagaimana yang kita kenal. Mereka mengenal bulan Dzulhijjah sebagai bulan haji, mereka kenal bulan Rajab, Ramadhan, Syawwal, Shafar, dan bulan-bulan lainnya. Bahkan mereka juga menetapkan adanya 4 bulan suci: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Shafar Awwal (Muharram), dan Rajab. Selama 4 bulan suci ini, mereka sama sekali tidak boleh melakukan peperangan.
Pada waktu itu, belum dikenal penomoran tahun. Sebuah tahun dikenal dengan nama peristiwa yang cukup penting pada tahun tersebut. Misalnya, Tahun Fijar, karena saat itu terjadi Perang Fijar. Atau tahun di mana Nabi Muhammad ﷺ lahir, dikenal dengan sebutan "Tahun Fiil (Gajah)", karena pada waktu itu, terjadi penyerbuan Ka'bah di Mekkah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman (salah satu provinsi Kerajaan Aksum, kini termasuk wilayah Ethiopia).Terkadang mereka juga menggunakan tahun kematian seorang tokoh sebagai patokan, misal 7 tahun sepeninggal Ka’ab bin Luai.
Pada era kenabian Muhammad ﷺ, sistem penanggalan pra-Islam tetap digunakan. Pada tahun ke-9 setelah hijrah, turun ayat 36-37 surat At-Taubah, yang melarang menambahkan hari (interkalasi) pada sistem penanggalan.
Penentuan Awal Tahun Hijriyah
Penetapan kalender Hijriyah baru dilakukan 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, tepatnya pada zaman Khalifah Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah ﷺ dari Mekkah ke Madinah.
Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu ‘anhu sebagai Gubernur Bashrah di zaman Khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya mengeluhkan surat-surat dari Khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan.
إنه يأتينا منك كتب ليس لها تاريخ
“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Anda, tanpa tanggal.”Dalam riwayat lain disebutkan,
إنَّه يأتينا مِن أمير المؤمنين كُتبٌ، فلا نَدري على أيٍّ نعمَل، وقد قرأْنا كتابًا محلُّه شعبان، فلا ندري أهو الذي نحن فيه أم الماضي
“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Amirul Mukminin, namun kami tidak tau apa yang harus kami perbuat terhadap surat-surat itu. Kami telah membaca salah satu surat yang dikirim di bulan Sya’ban. Kami tidak tahu apakah Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.”
Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan, 'Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhumma.
Kemudian Umar radhiyallahu 'anhu berkata kepada mereka,
ضعوا للناس شيئاً يعرفونه
“Tetapkan tahun untuk masyarakat, yang bisa mereka jadikan acuan.”
Mereka kemudian bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah ﷺ. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad ﷺ menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah ﷺ dari Mekkah ke Yatstrib (Madinah). Umar bin Khatthab radhiyallahu ’anhu kemudian berkata,
الهجرة فرقت بين الحق والباطل فأرخوا بها
”Peristiwa hijrah menjadi pemisah antara yang benar dan yang bathil. Jadikanlah ia sebagai patokan penanggalan.”
Maka semuanya setuju dengan usulan 'Ali radhiyallahu ‘anhu. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah ﷺ.
Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah dalam Fathul Bari menyatakan,
وأفاد السهيلي أن الصحابة أخذوا التاريخ بالهجرة من قوله تعالى : لمسجد أسس على التقوى من أول يوم لأنه من المعلوم أنه ليس أول الأيام مطلقا ، فتعين أنه أضيف إلى شيء مضمر وهو أول الزمن الذي عز فيه الإسلام ، وعبد فيه النبي – صلى الله عليه وسلم – ربه آمنا ، وابتدأ بناء المسجد ، فوافق رأي الصحابة ابتداء التاريخ من ذلك اليوم ، وفهمنا من فعلهم أن قوله تعالى من أول يوم أنه أول أيام التاريخ الإسلامي ، كذا قال ، والمتبادر أن معنى قوله : من أول يوم أي دخل فيه النبي – صلى الله عليه وسلم – وأصحابه المدينة والله أعلم
”Pelajaran dari As-Suhaili: para sahabat sepakat menjadikan peristiwa hijrah sebagai patokan penanggalan, karena merujuk kepada firman Allah Ta’ala,
لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيه َ
Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya.” (QS. At-Taubah [9]: 108)
Sudah suatu hal yang maklum; maksud hari pertama (dalam ayat ini) bukan berarti tak menunjuk pada hari tertentu. Nampak jelas ia dinisbatkan pada sesuatu yang tidak tersebut dalam ayat. Yaitu hari pertama kemuliaan Islam. Hari pertama Nabi ﷺ bisa menyembah Rabnya dengan rasa aman. Hari pertama dibangunnya masjid (masjid pertama dalam peradaban Islam, yaitu masjid Quba). Karena alasan inilah, para sahabat sepakat untuk menjadikan hari tersebut sebagai patokan penanggalan.
Dari keputusan para sahabat tersebut, kita bisa memahami, maksud “sejak hari pertama” (dalam ayat) adalah, hari pertama dimulainya penanggalan umat Islam. Demikian kata beliau. Dan telah diketahui bahwa makna firman Allah Ta’ala: min awwali yaumin (sejak hari pertama) adalah, hari pertama masuknya Nabi ﷺ dan para sahabatnya ke kota Madinah. Wallahu a’lam.” (Fathul Bari, 7/335)
Sahabat Umar bin Khatthab dan Ustman bin Affan radhiyallahu 'anhumma kemudian mengusulkan awal tahun Hijrah dimulai dari bulan Muharram.
بل بالمحرم فإنه منصرف الناس من حجهم
Sebaiknya dimulai bulan Muharram. Karena pada bulan itu orang-orang usai melakukan ibadah haji.”
Akhirnya para sahabatpun sepakat.
Alasan lain dipilihnya bulan Muharram sebagai awal tahun diutarakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah,
لأن ابتداء العزم على الهجرة كان في المحرم ؛ إذ البيعة وقعت في أثناء ذي الحجة وهي مقدمة الهجرة ، فكان أول هلال استهل بعد البيعة والعزم على الهجرة هلال المحرم فناسب أن يجعل مبتدأ ، وهذا أقوى ما وقفت عليه من مناسبة الابتداء بالمحرم
“Karena tekad untuk melakukan hijrah terjadi pada bulan Muharram. Dimana bai'at terjadi di pertengahan bulan Dzulhijjah (bulan sebelum Muharram). Dari peristiwa bai'at itulah awal mula hijrah. Bisa dikatakan hilal pertama setelah peristiwa bai’at adalah hilal bulan Muharram, serta tekad untuk berhijrah juga terjadi pada hilal bulan Muharram (awal bulan Muharram). Karena inilah Muharram layak dijadikan awal bulan. Ini alasan paling kuat mengapa dipilih bulan Muharram.” (Fathul Bari, 7/335).
Dari musyawarah tersebut, ditentukanlah sistem penanggalan untuk kaum muslimin, yang berlaku hingga hari ini. Dengan menjadikan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun dan bulan Muharram sebagai awal tahun. Oleh karena itu kalender ini populer dengan istilah kalender Hijriyah.
Arti Nama-Nama Bulan Dalam Kalender Hijriyah
Kalender Hijriyah terdiri dari 12 bulan. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah duabelas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah [9]: 36).
Nama-nama bulan yang digunakan dalam kalender Hijriyah mengikuti kalender orang-orang Arab pra-Islam. Orang Arab memberi nama bulan-bulan mereka dengan melihat keadaan alam dan masyarakat pada masa-masa tertentu sepanjang tahun. Misalnya bulan Ramadhan, dinamai demikian karena pada bulan Ramadhan waktu itu udara sangat panas seperti membakar kulit rasanya.
- Muharram, artinya: yang diharamkan atau yang menjadi pantangan. Penamaan Muharram, sebab pada bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Larangan tesebut berlaku sampai masa awal Islam.
- Shafar, artinya: kosong. Penamaan Shafar, karena pada bulan itu semua orang laki-laki Arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga dan berperang, sehingga pemukiman mereka kosong dari orang laki-laki.
- Rabi’ul Awwal, artinya: berasal dari kata rabi’ (menetap) dan awwal (pertama). Maksudnya masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninqgalkan rumah atau merantau. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki di rumah. Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam, antara lain: Nabi Muhammad ﷺ lahir, diangkat menjadi Rasul, melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini juga.
- Rabi’ul Akhir, artinya: masa menetapnya kaum laki-laki untuk terakhir atau penghabisan.
- Jumadil Awwal, nama bulan kelima. Berasal dari kata jumadi (kering) dan awwal (pertama). Penamaan Jumadil Awwal, karena bulan ini merupakan awal musim kemarau, di mana mulai terjadi kekeringan.
- Jumadil Akhir, artinya: musim kemarau yang penghabisan.
- Rajab, artinya: mulia. Penamaan Rajab, karena bangsa Arab tempo dulu sangat memuliakan bulan ini, antara lain dengan melarang berperang.
- Sya’ban, artinya: berkelompok. Penamaan Sya’ban karena orang-orang Arab pada bulan ini lazimnya berkelompok mencari nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini adalah perpindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka’bah (Baitullah).
- Ramadhan, artinya: sangat panas. Bulan Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang tersebut dalam Al-Qur’an, Satu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian, dan aneka keistimewaan. Hal itu dikarenakan peristiwa-peristiwa penting seperti: Allah menurunkan ayat-ayat Al-Qur’an pertama kali, ada malam Lailatul Qadar, yakni malam yang sangat tinggi nilainya, karena para malaikat turun untuk memberkati orang-orang beriman yang sedang beribadah, bulan ini ditetapkan sebagai waktu ibadah puasa wajib, pada bulan ini kaurn muslimin dapat rnenaklukan kaum musyrik dalarn perang Badar Kubra dan pada bulan ini juga Nabi Muhammad ﷺ berhasil mengambil alih kota Mekah dan mengakhiri penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum musyrik.
- Syawwal, artinya: kebahagiaan. Maksudnya kembalinya manusia ke dalam fitrah (kesucian) karena usai menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta saling bermaaf-maafan. Itulah yang mernbahagiakan.
- Dzulqa’dah, berasal dari kata dzul (pemilik) dan qa’dah (duduk). Penamaan Dzulqadah, karena bulan itu merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki Arab dahulu. Mereka menikmatinya dengan duduk-duduk di rumah.
- Dzulhijjah, artinya: yang menunaikan haji. Penamaan Dzulhijjah, sebab pada bulan ini umat Islam sejak Nabi Adam ‘alaihissalam. menunaikan ibadah haji.
Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Imam Ibnu Katsir rahimahullah menukil perkataan Syeikh ‘Alamudin As-Sakhawi dari salah satu karyanya yang berjudul, “Al-Masyhuur fii Asma’il Ayyam was Syuhur” Ia berkata, “Dinamakan bulan Muharram karena menjadi bagian dari bulan-bulan yang diharamkan, dan menurut saya dinamakan dengan Muharram untuk menguatkan keharamannya; karena bangsa Arab pada saat itu sikapnya berubah-rubah, tahun ini diharamkan dan tahun depannya dihalalkan,”
Beliau melanjutkan, “Bentuk jama’ dari Muharram adalah muharramat, maharim dan mahariim. Sedangkan bulan Shafar dinamakan dengan Shafar karena rumah-rumah mereka sepi dan penghuninya banyak yang keluar untuk berperang dan bepergian, seperti dalam kalimat, “Shafira al Makaan” (jika tempat tersebut kosong), bentuk jama’nya adalah ashfaar.
Sementara bulan Rabii’ul Awwal sebab penamaannya adalah karena mereka berada pada musim semi, Al-irtibaa’ adalah bermukim pada musim semi, bentuk jama’nya adalah Arbaa’ seperti kata Nashiib bentuk jama’nya adalah Anshibaa’, bentuk jama’ lainnya adalah Arba’ah seperti kata Raghiif Arghifah, sedangkan Rabii’ul Akhir asal-usul penamaannya sama dengan Rabii’ul Awwal. Sedangkan Jumada dinamakan demikian karena membekunya air pada saat itu.
Lalu ia juga menjelaskan, “Bulan-bulan menurut mereka tidak berputar, dalam hal itu perlu diluruskan; jika bulan-bulan mereka mengikuti hilal maka harus berputar, maka bisa jadi penamaan dengan nama-nama tersebut terjadi pada saat awal mula membekunya air pada musim dingin, dan bentuk jama’nya adalah Jumaadiyyah seperti kata Hubaara dan Hubariyyat, terkadang bentuknya seperti mudzakkar dan terkadang sebagai muannats, maka bisa disebut dengan Jumadal Ula atau Jumadal Awwal, dan Jumadal Akhir atau Jumadal Akhirah.
Adapun bulan Rajab, berasal dari kata Tarjiib yang berarti Ta’dzim (pengagungan), bentuk jama’nya adalah Arjaab, Rijaab dan Rajabaat. Sedangkan bulan Sya’ban berasal dari banyak serta bermacam-macamnyanya suku pada saat berperang, bentuk jama’nya adalah Sya’aabiin dan Sya’banaat.
Sedangkan bulan Ramadhan dinamakan demikian karena kondisi yang sangat panas. Ar–Ramdha’ artinya panas, seperti dalam kalimat “Ramidhat al–Fishaal” (Anak-anak unta itu kepanasan jika sedang haus), bentuk jamaknya adalah Ramadhanat, Ramaadhiin dan Armidhah. Adapun bulan Syawwal diambil dari kalimat Syaalat al ibil bi Adznaabiha lit Thiraq yang berarti Onta menaikkan ekornya saat kawin. Bentuk jamaknya adalah Syawawil, Syawaawiil dan Syawwalaat.
Sedangkan bulan Dzul Qa’dah dinamakan demikian karena mereka beristirahat dari peperangan dan bepergian, bentuk jamaknya adalah Dzawat al-Qa’dah. Sedangkan bulan Dzul Hijjah dinamakan demikian karena bulan tersebut menjadi bulan haji, bentuk jamaknya adalah Dzawat al-Hijjah.” (Tafsir Ibnu Katsir: 4/128-129)
Jumlah Hari Dalam Satu Bulan
Kalender Islam menggunakan peredaran Bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran Matahari.
Kalender Hijriyah terdiri dari 7 hari. Sebuah hari diawali dengan terbenamnya Matahari di tempat tersebut, berbeda dengan kalender Masehi yang mengawali hari pada pukul 00.00 dini hari (tengah malam) waktu setempat saat. Berikut adalah nama-nama hari:
- Al-Ahad (Ahad)
- Al-Itsnayn (Senin)
- Ats-Tsalaatsa' (Selasa)
- Al-Arbaa-a/Ar-Raabi' (Rabu)
- Al-Khamsah (Kamis)
- Al-Jumu'ah (Jum’at)
- As-Sabt (Sabtu)
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata siklus sinodik bulan kalender Lunar (Qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun kalender Hijriyah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam kalender Hijriyah bergantung pada posisi Bulan, Bumi dan Matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara Bulan dan Bumi, dan pada saat yang bersamaan, Bumi berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat Bulan dengan Bumi) dengan Bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari (aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).
Penentuan awal bulan ditandai dengan munculnya penampakan Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Sebagaimana disinggung dalam firman Allah Ta’ala,
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ َ
Orang-orang bertanya kepadamu tentang hilal. Wahai Muhammad katakanlah: “Hilal itu adalah tanda waktu untuk kepentingan manusia dan badi haji.” (QS. Al-Baqarah [2]: 189).
Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Tanggal-Tanggal Penting Dalam Kalender Hijriyah
Penanggalan | Hari | Keterangan |
---|---|---|
1 Muharram | Tahun Baru Hijriyah | Tahun baru umat Islam |
10 Muharram | Hari Asyura |
|
12 Rabi'ul Awwal | Maulud Nabi Muhammad (hari kelahiran Nabi Muhammad) | |
27 Rajab | Isra' Mi'raj | |
1 Ramadhan | Puasa | Satu bulan penuh umat Islam menjalankan Puasa di bulan Ramadhan |
17 Ramadhan | Nuzulul Qur'an | Pertama kali Al-Qur'an diturunkan |
10 hari ganjil terakhir Ramadhan | Lailatul Qadar | Malam penuh kemuliaan di bulan Ramadhan |
1 Syawwal | Idul Fitri | Hari Raya Idul Fitri |
8 Dzulhijjah | Hari Tarwiyah |
|
9 Dzulhijjah | Wukuf | Wukuf di Padang Arafah |
10 Dzulhijjah | Idul Adha | Hari Raya Idul Adha |
11, 12, 13 Dzulhijjah | Hari Tasyriq |
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Hijriyah